Thursday, August 14, 2008

Petir

Tetangga sekaligus Om saya pernah kena efek dari petir, titik petir 20 meter dari tempat dia berdiri,tapi juga terkena efeknya,badannya merian dan sempat tak sadarkan diri. Dari sini saya mencari referensi kenapa samapi terjadi demikian,dari hasil penelusuran dapat kusimpulkan bahwa:
Petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa dengan medan listrik berbeda. Prinsip dasarnya kira-kira sama dengan lompatan api pada busi. Di alam sekitar kita, petir biasa terjadi pada awan yang tengah membesar menuju awan badai (Cumulonimbus). Sedemikian raksasanya sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya. Dan, sebagai akibat udara yang terbelah, sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/detik itu juga akan menimbulkan bunyi yang menggelegar(guntur).Dalam musim penghujan inilah awan-awan jenis ini banyak terbentuk.

Di lain kesempatan, ketika akumulasi muatan listrik dalam awan tersebut telah membesar dan stabil, lompatan listrik (eletric discharge) yang terjadi pun akan merambah massa bermedan listrik lainnya, dalam hal ini adalah Bumi. Penghubung yang 'digemari', merujuk Hukum Faraday, tak lain adalah bangunan, pohon, atau tiang-tiang metal berujung lancip.

Memang belum pernah ada ilmuwan yang pernah menekuni langsung bagaimana terjadinya fenomena alam ini. Namun, mereka menduga hingga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif; di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif; sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif. Pada bagian bawah inilah petir biasa berlontaran.

Besar medan listrik minimal yang memungkinkan terpicunya petir ini adalah sekitar 1.000.000 volt per meter. Bayangkan betapa mengerikannya jika lompatan bunga api ini mengenai tubuh makhluk hidup!

Akibat kondisi tertentu, Bumi yang cenderung menjadi peredam listrik statis, bisa pula ikut berinteraksi. Hal ini dimungkinkan jika pada suatu luasan tertentu terjadi pengkonsentrasian listrik bermuatan positif. Apakah itu di bawah bangunan atau pohon. Ketika beda muatan antara dasar awan dengan ujung bangunan/pohon sudah mencapai batas tertentu, akan menjadi suatu kejadian lumrah jika kemudian terjadi perpindahan listrik. Maka secara fisik kita akan melihatnya sebagai petir menyambar bangunan atau pohon. Muatan yang begitu besar selanjutnya akan segera menyebar ke seluruh bagian bangunan/pohon, untuk kemudian menjalar ke tanah dan ternetralisasi pada kedalaman yang mengandung air tanah.

Kondisi seperti itu sudah pasti amat berbahaya bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Jika sambarannya tak terlampau kuat, korbannya paling hanya mengalami cidera dan/atau shock. Namun jika serangannya kuat, seperti dialami seorang warga Carumbaang,Kel.Tassililu,Kec.Sinjai Barat Kab.Sinjai(saat itulah tetanggaku juga terkena efek dari petir) korbannya tewas seketika karena selain terbakar ia akan menjadi 'penghantar' listrik yang besarnya mencapai ribuan volt. JUga dilain kesempatan masih di daerahku seekor sapi terbanting keudara akibat sambaran petir tubuh hewan tersebut hangus seketika.

Kemajuan teknologi sebenarnya telah memungkinkan cara-cara pengendalian arus listrik yang begitu besar dari langit itu. Yakni, dengan penangkal petir dimana arus listrik yang begitu besar ditangkap sebuah atau sejumlah pucuk tembaga runcing lalu dialirkan lewat 'jalan tol' berupa kawat tembaga yang terpasang di sisi bangunan dan langsung dibawa menuju air tanah.

Menurut penelitian, daerah serbuan petir sendiri tak selamanya merupakan daerah yang dinaungi awan-awan besar. Sejumlah kasus menunjukkan bahwa suatu daerah pernah mendapat sambaran petir hebat meski langit di atasnya bersih dari awan. Contoh paling ekstrim yang pernah dicatat terjadi di Hereford, Inggris. Suatu ketika sebuah petir kuat menyerbu sebuah gedung setelah petir ini menempuh perjalanan sekitar lima mil dari 'pusatnya'. Dari kejauhan sejumlah saksi melihatnya sebagai pemandangan yang begitu indah sekaligus mengerikan.
Itu sebabnya di musim hujan kita lebih baik tak usah bermain-main di wilayah terbuka atau bernaung di bawah pohon pada saat hujan. Ini semata-mata untuk menghindar dari kemungkinan yang tak diinginkan. Sebab, kita tak pernah bisa menduga apakah tanah yang sedang kita pijak telah berpotensi menjadi penarik petir atau tidak.
Trik untuk meminimalisir pengaruh petir dari diri dan lingkungan kita adalah:
1. Memasang logam (tembaga runcing)di ujung atap rumah dengan posisi tegak lurus
lalu menyambungkan dengan kawat tembaga,ujung kawat tembaga lainnya di
sambungkan ke tanah dengan
menggunakan batang arde yang ditanam ditanah
2. Memasang logam (tembaga runcing)di ujung atap rumah dengan posisi tegak lurus
lalu menyambungkan dengan instalasi pipa air yang terbuat dari besi
Bahan-bahan tadi bisa diperoleh di toko-toko listrik di kota anda atau kalau anda berminat membeli dari saya dan ingin dipasangkan silahkan hubungi saya di:
Jl.Lappo Ase A341 Manipi,Kelurahan Tassililu Kecamatan Sinjai Barat(Kode Pos 92653) Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Indonesia
email : paddi9@gmail.com
Website : http://paddi99.blogspot.com
"mungkinkah yach petir bisa dijadikan pembangkit tenaga listrik...?"
semoga bisa dijadikan bahan pemikiran kita bersama untuk memanfaatkan petir sebagai alternatif sumber energi dunia.

0 comments:

 
Copyright 2009 Paddi